Manufaktur yang diintegrasi oleh komputer (CIM) telah merevolusioner proses produksi. Berilah contoh perubahan tersebut di industri pakaian, industri perbankan dan industri transportasi!

Computer Integrated Manufacturing (CIM) merupakan pendekatan dalam bidang manufaktur yang menggunakan komputer untuk mengontrol keseluruhan proses produksi. Proses produksi menjadi sangat mudah dijalankan dengan integrasi software (program komputer) dan hardware (mesin produksi). Proses produksi pun menjadi lebih cepat dan produktivitas menjadi meningkat. Sebagai metode menufaktur, tiga komponen membedakan CIM dari metodologi manufaktur lain yaitu: – Sarana untuk data, pengambilan manipulasi penyimpanan, dan penyajian – Mekanisme untuk sensing dan modifikasi proses – Algoritma untuk menyatukan komponen pengolahan data dengan sensor/komponen modifikasi.  Menurut Ang, CIM didefinisikan sebagai integrasi otomasi dalam sebuah perusahaan. CIM bukan berarti bertujuan untuk membuat otomasi secara utuh atau keseluruhan akan tetapi memiliki tujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan memperoleh keseimbangan produksi dari adanya integrasi antara manusia dan otomasi. Selain  itu juga diperoleh dengan adanya penggunaan teknologi sebagai database dan komunikasi data dalam mengintegrasikan desain, sistem manufaktur, dan fungsi bisnis yang terotomasi. CIM pada setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda dan unik sesuai dengan pengaruh perusahaan yang berasal dari luar.  Menurut Novitasari, ada dua hal pokok yang harus ada dalam CIM yakni sistem otomasi yang menjalankan fungsi aktivitas fisik dan sistem komputer yang mengolah informasi. Sebuah sistem dikatakan mengaplikasikan CIM jika memenuhi ketiga syarat dibawah ini: (a) antar operator maupun antar divisi bisa mendapatkan informasi yang sama (b) antar bagian maupun antar divisi dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lain (c) setiap saat sistem dapat menyediakan gambaran umum kondisi perusahaan mulai dari level operasi produksi manufaktur hingga level marketing. Sebuah perusahaan memiliki sistem yang unik dan berbeda sesuai dengan karakter perusahaan. Untuk itu dalam implementasi sebuah proyek juga akan memiliki tahapan yang berbeda atau ada juga yang sama. Penjelasan berikut ini didapatkan dari beberapa literatur jurnal internasional yang menyajikan tahapan-tahapan dalam implementasi suatu proyek yaitu dalam bidang sistem otomasi dan IT. Nantinya dari tahapan-tahapan implementasi yang disajikan dalam jurnal internasional tersebut akan dipilih dan diadopsi untuk membentuk konsep identifikasi risiko pada penelitian ini.

Industri manufaktur adalah suatu usaha ekonomi yang melakukan kegiatan manufaktur yaitu menambah nilai barang/materi dengan mengubah bentuk atau sifat atau dengan menggabungkan dengan bahan lain yang telah diolah . Pada saat ini industri manufaktur di Indonesia meningkat secara kuantitas. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 24.445 unit. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24.468 unit. Jumlah industri manufaktur yang banyak di Indonesia menyebabkan persaingan secara kompetitif.  Menurut Levy, persaingan kompetitif di industri manufaktur tidak hanya dipengaruhi faktor harga produk melainkan faktor non-harga yang meliputi desain produk, kualitas, inovasi produk, respon pengiriman produk yang cepat, variansi produk,  dan fleksibilitas. Untuk memenangkan persaingan tersebut, maka industri manufaktur perlu menyadari kebutuhan akan investasi dalam bidang teknologi.

Teknologi yang dimaksud dalam hal ini adalah program (software) dalam komputer, telekomunikasi dan lain sebagainya untuk mencapai fleksibilitas.  Industri manufaktur banyak macamnya, salah satunya yaitu industri pakan ternak. Industri pakan ternak berdiri untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Kebutuhan akan pakan ternak di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat ditunjukkan dengan permintaan akan pakan ternak yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah ternak dari tahun ke tahun.  Melihat perkembangan dan peningkatan populasi ternak tiap tahun, industri pakan ternak menganggap hal ini sebagai peluang. Pakan ternak memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan. Berdasarkan Market Intelligence Report tentang perkembangan industri pakan ternak, terdapat kurang lebih 50 industri pakan ternak di Indonesia. Industri pakan ternak yang mendominasi diantaranya yaitu Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Secara umum, industri pakan ternak mengalami pertumbuhan rata- rata 8.4% dalam periode lima tahun terakhir. PT. X merupakan industri pakan ternak di Krian yang dibangun pada 1971 dan mulai beroperasi pada tahun 1972. Selain bergerak dalam industri pakan ternak, perusahaan ini juga bergerak dalam bidang pengolahan daging ayam dan Day Old Chick (DOC). PT. X juga memiliki kegiatan usaha lain yaitu dalam bidang peralatan peternakan, peternakan, dan penyertaan saham pada perusahaan lain. PT. X pertama kali berdiri di Jakarta yang hingga saat ini dijadikan head office. Dalam perkembangannya saat ini PT. X memiliki banyak anak cabang/plant yang tersebar di seluruh Indonesia guna memenuhi kapasitas produksi. Anak cabang yang ada yaitu di Balaraja, Krian, Taman-Sidoarjo, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Makasar, Lampung, Serang, dan Bali. Berdasarkan laporan tahunan PT. X pada tahun 2011, Perseroan mencatat penjualan pakan ternak sebesar Rp. 13.822 miliar atau meningkat 23.3% dari Rp. 11.208 miliar pada tahun 2010.  Pakan ternak yang diproduksi tersebut didistibusikan di dalam maupun luar Pulau Jawa. Produksi yang dilakukan oleh PT. X adalah setiap hari selama 24 jam. Kapasitas produksi pakan ternak yang dihasilkan oleh PT. X Krian plant tiap tahun mengalami peningkatan yang ditunjukkan pada untuk menghadapi persaingan industri manufaktur yang kompetitif dan juga pemenuhan kebutuhan akan pakan ternak yang tinggi, maka salah satu cara untuk mengatasi agar industri mampu mendapatkan keuntungan yang tinggi secara efisien adalah dengan mengonversi proses produksi yang bersifat manual ke dalam sistem otomasi yang terintegrasi. Konsep sistem otomasi terintegrasi yang ada saat ini umumnya menggunakan Computer Integrated Manufacturing (CIM) yang merupakan konsep integrasi antara fungsi engineering, marketing, dan manufacturing beserta teknologi informasi di dalamnya . Menurut Groover, CIM terdiri dari desain dan mesin-mesin manufaktur yang diprogram sehingga menjadi terpusat dan terpadu dengan komputer untuk melakukan pengawasan sebagai suatu kesatuan system. CIM juga merupakan integrasi keseluruhan proses bisnis mulai dari supplier sampai dengan customer. Konsep CIM menawarkan beberapa keuntungan yaitu mampu meningkatkan utilisasi mesin dan produktivitas kerja, serta mampu mereduksi work-in-process inventory, sejumlah tools/mesin, gaji pegawai, lead time, dan set-up cost. Konsistensi akan kualitas produk dan minimasi kebutuhan akan ruang produksi juga merupakan kelebihan konsep ini.  Risiko merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko yang ada dapat dikelola dengan manajemen risiko. Menurut Susilo, manajemen risiko dapat diterapkan ke seluruh organisasi pada keseluruhan area baik pada suatu fungsi khusus, proyek, proses maupun suatu kegiatan. Begitu pula dapat dilakukan dalam updating CIM ini dalam sebuah perusahaan. Pengelolaan manajemen risiko yang baik akan menjadi kekuatan vital bagi corporate governance.  Dalam perkembangannya, PT. X telah menggunakan sistem otomasi dalam proses produksi. Mesin-mesin produksi yang ada pada PT. X sudah diintegrasikan dengan program komputer bernama SERA. Dengan adanya program komputer ini, operator dapat menjalankan proses produksi secara otomatis. Walaupun begitu, operator juga masih melakukan kontrol proses produksi baik dalam program maupun aktual di lapangan.

Pada waktu pertama kali didirikan proses produksi PT. X dilakukan secara manual. PT. X berencana meng- updating sistem produksi menjadi otomatis secara bertahap seiring dengan penambahan kapasitas produksi. Updating CIM perusahaan pakan ternak ini merupakan sebuah proyek untuk menambahkan mesin beserta konfigurasi dan integrasi antara software-hardware. Adapun sejarah perkembangan updating sistem manufaktur otomasi terintegrasi proses produksi yang dilakukan PT. X. PT. X belum pernah melakukan manajemen risiko untuk proyek updating sistem manufaktur otomasi terintegrasi tersebut. Potensi risiko pasti akan terjadi baik dari segi tahapan implementasi, stakeholder, dan aliran informasi dalam updating CIM di perusahaan pakan ternak. Untuk menghindari potensi risiko tersebut, perlu dilakukan suatu pengelolaan risiko. Proses manajemen risiko yang akan dilakukan terdiri atas penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko serta mitigasi risiko dengan mengadopsi framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009. Framework ini merupakan standar internasional yang bersifat generik sehingga dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan meliputi strategi & keputusan, operasional, fungsi, produk, jasa dan aset. Keunggulan framework ini daripada standar yang lain adalah adanya feedback loop review dan monitor secara kontinyu. Setiap proses yang dijalankan dikomunikasikan dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan manajemen. Hasil dari proses asesmen yang dilakukan akan mampu mengidentifikasi risiko yang muncul hingga memberikan rekomendasi mitigasi risiko dalam updating CIM di PT. X.   Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko dan melakukan asesmen pada risiko yang ditimbulkan ketika updating CIM di perusahaan pakan ternak. Selain itu mitigasi risiko juga dilakukan dengan mengadopsi standar ISO 31000:2009. Pada penelitian ini data dan informasi yang dilakukan asesmen sudah terverifikasi oleh pihak perusahaan serta tidak adanya perubahan yang signifikasn terhadap kondisi perusahaan. Pada penelitian ini tidak sampai melakukan implementasi mitigasi risiko. Penelitian ini hanya memberikan kajian pengelolaan risiko pada updating CIM di perusahaan pakan ternak karena sebelumnya belum pernah dilakukan.

Salah satu masalah utama tentang CIM adalah alat ketidaksesuaian dan kesulitan integrasi protocol. Mengintegrasikan pengendali merek peralatan yang berbeda dengan robot, konveyor, dan pengendali pengawasan merupakan tugas yang memakan waktu dengan banyak jebakan. Investasi besar dan waktu dan dibutuhkan untuk perangkat lunak, perangkat keras, komunikasi, dan integrasi tidak dapat dibenarkan secara finansial dengan mudah. Isu penting lainnya adalah integritas data. Mesin bereaksi untuk data yang buruk, dan biaya pemeliharaan data serta system informasi umum biaya departemen lebih tinggi daripada di fasilitas non-CIM. Masalah lainnya adalah usaha untuk program logika yang luas untuk menghasilkan jadwal dan urutan bagian mengoptimalkan. Komputer manufaktur yang terintegrasi adalah  alat operasional yang, jika diterapkan dengan benar, akan memberikan dimensi baru untuk bersaing, dengan cepat memperkenalkan produk-produk berkualitas tinggi.

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply

XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>